Masjid Istiqlal merupakan masjid terbesar di Asia
Tenggara yang letaknya di pusat ibu kota Jakarta. Masjid ini merupakan masjid
kebanggaan Bangsa Indonesia sebagai wujud rasa syukur bangsa ini terhadap
kemerdekaan Indonesia. Pemrakarsa pembangunan masjid ini yaitu Presiden Republik
Indonesia yang pertama Ir. Soekarno.
Lalu, apakah kalian tahu sebenarnya siapa arsitek
masjid istiqlal ini? Kita cari tahu yuk!
Ternyata, arsitek masjid modern yang bergaya
internasional ini merupakan seorang non muslim yaitu Kristen Protestan yang
bernama Frederich Silaban. Ia lahir di Banandolok, Sumatara Utara tanggal 16
Desember 1912. Ia merupakan generasi awal arsitek Indonesia. Pendidikan formal
yang pernah dialaminya yaitu di HIS Narumonda, Tapanuli (tahun 1927), Koningin
Wilhelmina School (KWS) di Jakarta (1931), dan Academic van Bouwkunst
Amsterdam, Belanda (1950). Ia juga memiliki peranan yang besar dalam
pembentukan Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) tanggal 16 dan 17 September 1959.
Frederich Silaban memenangkan sayembara yang diadakan
oleh Ir. Soekarno. Pada saat itu, Dewan Juri sayembara rancang bangun
Masjid Istiqlal terdiri dari para Arsitek dan Ulama terkenal. Adapun susunan
Dewan Juri diantaranya, Ketua: Ir. Soekarno (Presiden Republik Indonesia)
dengan anggotanya Ir. Roeseno, Ir. Djuanda, Ir. Suwardi, Ir. R. Ukar
Bratakusumah, Rd. Soeratmoko, H. Abdul Malik Karim Amrullah (HAMKA), H. Abu
Bakar Aceh, dan Oemar Husein Amin.
Sayembara tersebut berlangsung mulai 22
Februari 1955 sampai dengan 30 Mei 1955. Pada saat itu sekitar 30 peserta yang ikut
sayembara itu. 27 peserta diantaranya menyerahkan sketsa dan maket. Sedangkan yang
memenuhi persyaratan lomba 22 peserta saja.
Setelah dewan juri menilai dan
mengevaluasi, akhirnya ditetapkanlah 5 (lima) peserta sebagai nominator. Kelima
peserta tersebut yaitu Pemenang Pertama: Frederich Silaban dengan disain
bersandi Ketuhanan, Pemenang Kedua: R. Utoyo dengan disain bersandi Istighfar,
Pemenang Ketiga: Hans Gronewegen dengan disain bersandi Salam, Pemenang
Keempat: 5 orang mahasiswa ITB dengan disain bersandi Ilham, Pemenang
Kelima: 3 orang mahasiswa ITB dengan disain bersandi Khatulistiwa dan
NV. Associatie dengan sandi Lima Arab.
Pada tanggal 5 Juli 1955, Dewan Juri
menetapkan Frederich Silaban sebagai pemenang pertama yang dilakukan di Istana
Merdeka. Pada saat itu, Frederich
Silaban memperoleh sebuah medali emas 75 gram dan uang Rp. 25.000 sebagai
penghargaannya. Pemenang kedua, ketiga, dan keempat diberikan hadiah. Dan
seluruh peserta mendapat sertifikat penghargaan.
Atas prestasinya tersebut, Frederich
Silaban dijuluki by grace of God oleh
Bung Karno (sebutan Ir. Soekarno) karena ia merupakan arsitek pengukir sejarah
toleransi beragama di Indonesia. Selain itu, masih banyak penghargaan yang diberikan
kepada Frederich Silaban diantaranya tanda kehormatan Satyalancan Pembangunan
yang disematkan Presiden Soekarno tahun 1962 dan penghargaaan Honorary Citizen
(warga negara kehormatan) dari New Orleans, Amerika Serikat. Kubah Masjid
Istiqlal telah diakui Universitas Darmstadt, Jerman Barat, sebagai hak ciptanya
sehingga disebut sebagai Silaban Dom
atau Kubah Silaban.
Beberapa hasil karya Frederich Silaban:
·
Gedung Universitas Nommensen, Medan
(1982)
·
Gelora Bung Karno, Jakarta (1962)
·
Monumen Pembebasan Irian Barat, Jakarta
(1963)
·
Markas TNI Angkatan Udara, Jakarta
(1962)
·
Gedung BNI 1946, Meda (1962)
·
Monumen Nasional atau Tugu Monas,
Jakarta (1960)
·
Rumah Dinas dan Kantor Wali Kota Bogor
(1935)
·
Kantor Pusat Bank Indonesia, Jalan
Thamrin, Jakarta (1958)
·
Masjid Istiqlal, Jakarta (1954)
·
Gerbang Taman Makam Pahlawan Kalibata,
Jakarta (1953)
·
Tugu Khatulistiwa, Pontianak (1938).
Referensi:
Koran media Indonesia, 24 Februari 2013.